MISI PENGHANCURAN HMI

Diposting oleh Unknown on Selasa, 22 Januari 2013

Misi Penghancuran HMI di Belakang Noer Fariansyah
Tulisan ini dimulai dari keprihatinan dalam melihat konflik dualisme kepengurusan PB HMI yang sampai hari ini tidak jelas ujung penyelesaiannya menuju satu Kongres.
Berawal dari terpilihnya Noer Fajriansyah (selanjutnya akan disebut Fajri)sebagai Ketua Umum PB HMI akhir 2010 yang lalu di Graha Insan Cita, Depok. Sejak genderang Kongres dimulai, Fajri merupaka salah satu kandidat yang dianggap kurang potensial untuk memenangkan kogres. Wajar saja, Fajri waktu dalam struktur PB HMI hanya menjabat Wakil Sekretaris Jederal dan baru satu periode dalam struktur PB HMI.
Selain itu, dari aspek pemahaman dan penghayatan (tidak usah pengamalan) konsep-konsep prinsip doktrin organisasi, kemampuan Fajri jauh dari yang diharapkan. Terbukti setiap kali menyampaikan Mission HMI dalam LK-II atau LK-III menimbulkan kekecewaan. Fajri sering dianggap oleh peserta LK tidak mampu mengkonstruksikan pemikiran ke-HMI-annya saat menyampaikan materi. Ini juga terjadi ketika memberikan sambutan dalam acara pelantikan Cabang dan Badko. Pemahamannya tentang HMI jauh dari standar, bahkan sangat rendah. Ibaratnya kader komisariat masih jauh lebih mampu ketimbang Fajri. Fajri bahkan sering diusir dari ruang-ruang LK karena kebodohannya itu.
Memang dari banyak sudut perspektif, Fajri memiliki banyak kekurangan untuk terpilih. Selain tidak pernah menduduki jabatan Ketua Umum dalam setiap jenjang struktur HMI (dari komisariat, Korkom, Cabang, maupun Badko), dari segi intelektual dan manajerial juga dianggap sangat kurang, palig tidak standar itu melekat dengan kultur yang ada di HMI. Satu-satunya modal sebagai kekuatan yang dimiliki adalah UANG. Dengan uang, Fajri secara mudah dapat merubah ketidakmungkinannya terpilih menjadi pemenang di Kongres.
Cabang-cabang diberikan uang dalam jumlah yang cukup besar, bahkan diarena kongres, Fajri dianggap sebagai kadidat yang uangnya “tidak berseri”, artinya saking banyaknya uang sampai tidak bisa terhitung, dengan calculator sekalipun. Begitulah kira-kira kekuatan Fajri. Bukan hanya cabang sebagai pemilik suara di kongres, senior pun sebagai kekuatan yang cukup berpengaruh terhadap psikologi keterpilihan cabang ikut menikmati uang Fajri saat kongres. Wajar saja, ini dilakukan untuk menegaskan pilihan pemilik suara itu dijatuhkan ke Fajri. Jurus ini terbukti ampuh, dan Fajri menjadi pemenang.
Terhitung satu tahun masa kepegurusannya, Fajri kemudian dihadapkan dengan skandal amoral. Diawali dengan pengakuan seorang fungsionaris PB HMI (kader HMI-wati) berinisial “N” kepada beberapa teman dan senior HMI bahwa dirinya (si “N”) pernah bahkan sering berulang kali melakukan hubungan suami isteri dengan Fajri. Hubungan intim ini menurut pengakuan “N” juga sempat dilakukan saat berlangsungnya kongres (waktu terpilih mandi juub gay a??????). Dalam waktu yang relative singkat, isu ini mengelinding bagai bola salju diseantero public HMI.
Menyikapi skandal ini, sebagian fungsionaris PB HMI melalui 7 (tujuh) staf ketua dengan motiv menyelamatkan PB HMI kemudian mengambil alih kepemimpinan Fajri dengan cara di Pejabatkan. Kelompok ini dipimpin oleh Pj. Ketua Umum saudara Dwi Julian. Selang beberapa bulan setelah dilakukan ivestigasi oleh Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK PB HMI), ditemukan bukti-bukti yang membenarkan skandal amoral yang dilakukan Fajri dan “N”. Surat bantahan yang konon katanya dibuat oleh si “N” bahwa berita itu tidak benar ternyata dibuat oleh saudara Syafi’i (bendahara umum PB HMI). MPK akhirnya merekomendasikan ke PB HMI agar Fajri di Pejabatankan. Diangkatlah Sekretaris Jenderal, saudara Basri Dodo (selanjutnya disebut Basdo) mejadi Pj. Ketua Umum. Setelah itu, PB HMI dibawah Pj. Ketua Umum Dwi Julian – karena merasa sevisi dengan putusan MPK – melakukan peleburan struktur degan Pj. Ketua Umum Basri Dodo.
Banyak pihak awalnya optimis bahwa dengan disahkannya putusan MPK Fajri akan terkubur. Ternyata dugaan itu meleset. Fajri ternyata masih sangat kuat. Basdo kemudian melakukan restrukturisasi pengurus. Fajri juga melakukan hal yang sama.
Beberapa waktu berselang, dilakukanlah upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh Fajri dan Basdo yang dimotori dan disaksikan langsung oleh beberapa alumni HMI, seperti Akbar Tanjung, Jusuf Kalla dll. Dua kubu Fajri dan Basdo sekaligus menadatagani perjanjian Kongres bersama. Hal ini ditindak lanjuti dengan dibentuknya tim 21, masing-masing 10 orang mewakili Fajri, 10 orang mewakili Basdo dan Dwi Julian secara pribadi. Tim ini bertugas merumuskan metode peyelsaian koflik. Sayang seribu sayang, tim 21 tidak berjalan seperti yang diharapkan. Bahkan beberapa keputusan kemudian dianulir, dan keterwakilan senior dalam upaya penyelesaian konflik dianggap mengintervensi bahkan di delegitimasi oleh perwakilan Fajri. Tim 21 pun bubar tanpa hasil. Waktu terus berjalan, upaya rekonsiliasi pun terus diupayakan.
Misi Penghancuran HMI
Setelah tim 21 gagal, dilakukan renegosiasi dengan cara diagendakan pelaksanaan Pleno IV bersama sebelum dilakukan kongres. Usulan ini ditawarkan oleh Fajri cs. Lahirlah kesepakatan, bahwa pleno IV akan dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2013, dengan infrastruktur pleno; ketua panitia (OC) dari kepengurusan Basdo dan coordinator steering comitte (SC) dari kepengurusan Fajri, struktur lainnya disusun secara proporsional.
Selanjutnya, dalam upaya melakukan persiapan pleno IV, saudara Fajri seperti tidak beritikad baik untuk melaksanakan pleno IV bersama sebagaimana yang sudah disepakati kedua pucuk pimpinan, Fajri dan Basdo.
Fajri selalu menghindar dan tidak mau menandatangani surat pemberitahuan dan undangan pelaksanaan pleno IV yang telah dipersiapkan panitia untuk dikirim ke masing-masing BADKO HMI. Bahkan sekretaris panitia yang adalah fungsionaris PB versi Fajri ikut-ikutan tidak mau menandatangani surat undangan tersebut. Bukan hanya itu, koordinator SC saudara Tasrif M. Siddiq (selanjutnya disebut Tasrif) yang adalah Kabid PAO versi Fajri tidak pernah mengagendakan rapat SC pleno. Bahkan ketika dihubungi selalu beralasan masih diluar daerah. Undanganpun tidak tersedia, dan SC tidak menyiapkan draft-draft Pleno.
Sehari sebelum waktu pelaksanaan pleno yang sudah diagendakan, panitia ternyata telah siap untuk melaksanakan pleno IV, meskipun dengan keterbatasan administrasi yang menjadi kendala. Koordinator SC saudara Tasrif baru mengagendakan rapat SC satu hari menjelang pleno, tapi dalam rapat SC Tasrif malah memita agar pleno IV diundur. Sontak saja, SC yang lain tidak bersepakat dan tetap mendodorng agar sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat.
Pleno IV pun tetap dilaksanakan tanggal 21 di hotel menteng 1 Jakpus. Namun lagi-lagi Fajri melakukan ‘wanpretasi’. Saat acara pembukaan, Fajri tidak berada di Jakarta, alasannya sedang menghadiri pernikahan salah seorang pengurusnya diluar daerah. Sungguh ironis, Fajri sebagai ketua umum menganggap sepele agenda organisasi.
SC pun melakukan rapat mendadak yang dipimpin oleh coordinator saudara Tasrif. Rapat SC menyepakati bahwa pleno tetap dibuka dan akan dilanjutkan tanggal 17 januari (dengan asumsi, dilakukan perbaikan administrasi sekaligus menunggu kehadiran Fajri). Dalam rapat SC itu, coordinator membuat pernyataan bahwa, jika terindikasi tidak adanya niatan baik dari dua pucuk pimpinan PB HMI (dalam hal ini Fajri dan Basdo) untuk melakukan pleno IV bersama, maka akan lansung diambil alih oleh SC dan Pleno bersama akan tetap dilanjutkan sesuai kesepakatan. Meski tanpa kehadiran Fari, Pleno IV tetap dibuka secara bersama-sama oleh masing-masing Sekjen. Pleno pun dibuka, dan sidang-sidangnya akan dilanjutkan tanggal 17 sesuai kesepakatan. Praktis panitia memiliki waktu 5 hari untuk perbaikan administrasi.
Lagi-lagi sayang seribu sayang. Panitia bersusah payah, namun diabaikan oleh Fajri cs. Fajri pun tidak pernah mau ditemui, dihubungi pun tak dijawab, administrasi tak terselesaikan, karena Fajri dan sekretaris panitia enggan menandatangani surat undangan untuk dikirim ke masing-masing Badko. Coordinator SC dihubungi pun tak pernah ada jawaban.
Dalam hal ini, saudara-saudara bisa menilai sendiri siapa yang tidak berniat baik untuk menyelesaikan konflik PB HMI.
Fajri tidak pernah pro aktif untuk menjalankan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama, bahkan cenderung wanprestasi, mengabaikan kesepakatan tersebut. Fajri memang berkeinginan membiarkan konflik berkepanjangan dengan cara tidak berkeinginan melaksanakan pleno IV dan itu berarti Kongres bersama masih merupakan harapan hampa. Berbagai macam upaya telah dilakukan, kesepakatan demi kesepakatan, namun Fajri cs selalu mementahkannya sendiri, membuat organisasi seperti miliknya sendiri.
Siapakah di Balik Layar Penghancuran HMI
Dalam halaman terdahulu, saya menulis bahwa satu-satunya kekuatan Fajri di Kongres HMI adalah uang, uang, dan uang. Pertanyaannya adalah, dari manakah uang Fajri membiayai PB HMI???????????????
Sebelum menjadi Ketua Umum, Fajri bekerja disalah satu perusahaan pertambangan, PT. Aneka Tambang (ANTAM). Dari sinilah Fajri mendapat dukungan modal untuk merebut ketua umum PB HMI. Selain itu, Fajri memiliki jaringan yang cukup kuat di PB MIGAS.
Fajri melakukan kunjunga ke Vatikan dan Rusia (ini adalah pengakuan Fajri sendiri). Fajri ke Vatikan dengan membawa misi memperjuangan berdirinya gereja Yasmin di Bogor. Tentu kita semua tau, bahwa masyarakat disekitar tempat dibanguya gereja Yasmin menolak keras gereja itu dibangun. Di Vatikan Fajri bertemu dengan salah satu Kardial. Namun, Fajri mengelak kunjungannya ke Vatikan dalam misi gereja Yasmi. Fajri juga melakukan kujungan ke Rusia tanpa agenda yang jelas.
Dua kali perjalanan Fajri ke luar negeri ini memang tanpa agenda yang jelas, dan sama sekali tidak pernah dibahas dalam agenda-ageda rapat PB HMI, bahkan keberangkatannya cenderung dirahasiakan. Tak ada satupun fugsionaris yang tau, selain yang memang ikut dalam kujungan itu. Setelah kunjugan pun tak perah ada laporan. Setiap kali ditanya dalam rapat, Fajri selalu menghindar. Setelah membuka rapat, Fajri kemudian keluar, dan tak ada kesempatan mempertayakan kujungan itu.
Ironisnya lagi, saat acara Pra Kongres yang dilakukan Fajri di Palembang beberapa waktu yang lalu, Fajri mengundang Duta Besar Amerika Serikat sebagai pembicara. Padahal saat itu, Israel denga back up Amrika sedang melakukan serangan ke Palestina. Kehadiran Dubes Amerika diacara Pra Kongres diprotes oleh cabang, bahkan di demo.
Setelah itu, Fajri melakukan demonstrasi menolak seragan Israel ke Palestina, Fajri dipukul babak belur. Jangan salah, dipukul dan ditangkap memang setingan Fajri, seakan-akan membela Palestina dan ingin mencari simpati public HMI, padahal setelah itu diam-diam Fajri bertemu Dubes Amerika dan mendapat “imbalan”.
Terdapat indikasi yang kuat, bahwa Fajri banyak mendapat sokongan dana dari BP MIGAS. Tentu kita masih ingat, usulan pembubaran PB Migas dilakukan oleh tokoh-tokoh Muslim yang selama ini dianggap sebagai ancaman bagi pihak asing, mereka adalah, Din Syamsudin (Ketua Umum PP Muhammadiyah), Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta), Hasyim Muzadi (Mantan Ketua Umum PB NU), Adhie Massardi, dan M Hatta Taliwang dll.
Ada apa dibalik ini semua…………

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar